Visitors

Bagaimana pandangan atau perasaan saudara ketika ada salah seorang pejabat publik ditangkap KPK? Senang, sedih atau biasa-biasa saja! Saya m...

Hilangnya Generasi Emas dalam Politik

Bagaimana pandangan atau perasaan saudara ketika ada salah seorang pejabat publik ditangkap KPK? Senang, sedih atau biasa-biasa saja!

Saya membaca mood masyarakat kita memang beriak, namun riak senang dan kesyukuran tampaknya lebih mengemuka daripada bersedih atau berduka. Padahal bukankah yang kedua mestinya lebih mendapat tempat! Sebab kalau tidak itu artinya moral pemangku jabatan ruang publik kita masih belum siuman.

Satu generasi datang kita taruh terus harapan, namun terkadang tidak jarang generasi itu pun mencoreng muka kita, sampai-sampai ada yang pesimis pada masa depan bangsa ini sebab yang menyeruak ke permukaan sebelas dua belas dengan yang sudah-sudah.

Di sini jugalah kritik kita pada partai politik. Sebagai salah satu instrumen demokrasi partai politik mesti ada keseriusan dalam mengkader para calon pemimpin bangsa ini. Biar yang hadir di ruang-ruang publik itu, baik eksekutif mau pun legislatif adalah mereka yang datang membawa pikiran-pikiran besar seperti halnya para founding fathers bangsa ini.

Jangan sampai para fungsionaris partai hanya hitung menghitung capaian kursi, tanpa melihat siapa membawa apa atau siapa berisi kepala apa. Apalagi kalau kalkulasi itu dijadikan 'tiket' untuk kelak dijajakan kepada para calon bupati/walikota bahkan presiden yang sekedar plus modal namun minus pikiran. Maka dalam bidalan Melayu disenandungkan "Bila Nakhoda tidaklah paham, alamatlah kapal akan tenggelam."

Bila politisi dengan 'cetek' pikiran namun berkantong tebal itu mewabah, maka sebagian masyarakat mulai membaca bahwa kesempatan kita hanya sekarang (nowadays), ke depan kita dan dia (politisi tersebut) akan memikirkan perut masing-masing. Maka, diterimalah 100, 200 ribu di musim-musim kampanye.

Akibatnya, seberapa kali pun pemilu, pilkada, pileg bahkan pilpres diseleggarakan kita hanya akan menyaksikan 'pementasan drama', lalu silih berganti orang-orang dengan gaya hidup baru. Sementara masyarakat, rakyat hanya akan keluar dari mulut harimau dan untuk kemudian masuk pula ke mulut buaya.

Padahal sejarah mendedahkan pada kita bahwa HOS Cokroaminoto, Bung Karno, Bung Hatta, Syahrir, Natsir, Agus Salim adalah pemikir-pemikir ulung dalam dunia perpolitikan kita.

Lalu, siapa pelanjutnya?

"Jika kita amati" ujar Prof. Komaruddin Hidayat, "Terdapat indikasi hilangnya generasi. Ada mata rantai generasi emas anak bangsa yang hilang dalam rekrutmen politik."

0 komentar: