Visitors

Saya tetap dalam prinsip bahwa ketika suatu partai tidak mencalonkan kadernya atau anggotanya sebagai calon dalam kontestasi di eksekutif at...

Surya Paloh; Menyadari 'Kegagalan'

Saya tetap dalam prinsip bahwa ketika suatu partai tidak mencalonkan kadernya atau anggotanya sebagai calon dalam kontestasi di eksekutif atau pun di lagislatif maka ada 'kegagalan' dalam sistem di partai tersebut. Artinya, partai sebagai sekolah kepemimpinan belum berhasil mengetengahkan kader atau anggota terbaiknya untuk diterima oleh khalayak ramai.


Namun, pada sisi lain menyadari 'kegagalan' (lagi-lagi dalam tanda petik) adalah keberhasilan dalam bentuk yang lain. Di situ ada kemampuan membaca diri, mengukur bayang-bayang dan pada saat yang sama mentekadkan pembenahan terus menerus sehingga pada masa mendatang tidak boleh lagi terjadi apa yang dialami sekarang ini.

Inilah yang saya lihat dari beberapa dialognya Surya Paloh, baik di Kompas TV (Satu Meja the Forum) kemaren Kamis, dan juga di channel youtube Karni Ilyas Club di hari sebelumnya lagi.

Karena penasaran saya cari pidatonya pada penutupan rakernas Partai Nasdem beberapa hari lalu yang mengambil tema "Meneguhkan Politik Kebangsaan." Ini adalah kali pertama saya mendengarkan sampai tuntas pidato Surya Paloh, dan baginya 1 kata "Hebat."

Hebat, baik pada kemampuan retorikanya, maupun pada konten atau isi yang disampaikannya.

Sebagai orang yang suka berpidato semenjak sekolah dulu, pidatonya Surya Paloh ini saya merasakan keluar dari hati. Itu tampak betapa mengalirnya apa yang ia sampaikan dan tidak terkesan dibuat-buat. Dalam teori ilmu retorikanya Jaluluddin Rakhmat pidato seperti Surya Paloh ini disebut dengan istilah ekstempore, yaitu pidato yang sekedar membuat out-line untuk keterarahan apa yang akan disampaikan, sementara perhatian pemidato tetap pada audien, dan dia bebas menambah kontennya di sana sini.

Ditambah lagi semangat berapi-api dan wawasannya yang luas juga kian menambah kesempurnaan pembicaraan. Sehingga pendengar seperti terbius untuk bertahan lama menyimaknya, sambil sesekali pada kalimat-kalimat tertentu tepuk tangan bergemuruh begitu saja mengiringinya secara refleks.

Sementara pada konten, Surya Paloh secara terus terang mengatakan 'kekurangan' partainya, sehingga dengan demikian perlulah melirik calon-calon yang beredar namanya di masyarakat. Keluarlah 3 nama itu; Anis Baswedan, jendral Andika Perkasa dan Ganjar Pranowo.

Tidak mudah sebagai ketua partai politik hari-hari ini merelakan perahu partainya untuk dilayari oleh orang lain. Namun, Surya Paloh telah bersiap untuk mengangkat sauhnya.

Dengan jumlah kursi di DPR RI hanya 59 atau 10.26 persen, maka Nasdem masih membutuhkan kawan koalisi. Apakah dengan PKS, Demokrat atau partai lainnya? Let's see. (Wamdi)

0 komentar: