Visitors

Surang rajo nan di patuan di nagori Rokan, nan termashyur namonyo. Rajo Sakti Ibrahim di kerajaan Rokan IV Koto.  Paragraf pembuka di atas a...

Cerita Bahasa Kampung

Surang rajo nan di patuan di nagori Rokan, nan termashyur namonyo. Rajo Sakti Ibrahim di kerajaan Rokan IV Koto. 

Paragraf pembuka di atas adalah juga pembuka dari buku cerita "Cinto Rajo Rokan Tokubuo di Kosiek Putie" karya Arnita Adam yang beliau hadiahkan pada saya beberapa hari yang lalu ketika agenda FLP di Pasir Pengaraian. 

Sebagai anak desa yang beribu kota kecamatan Rokan IV Koto hadirnya buku cerita ini tentunya sangat berarti, karena harus diakui sangat sulitnya menemukan referensi-referensi terkait kerajaan-kerajaan yang ada di daerah kita pada umumnya di Riau ini, bahkan fiksi sekali pun.

Maka Arnita Adam setelah melakukan wawancara dengan warga Kosiek Putie coba membukukannya dalam bentuk dongeng dengan basis cerita fakta. Ia tuliskan dalam bahasa Melayu Rokan, dan pada lomba yang diadakan oleh Balai Bahasa Provinsi Riau 2021 lalu bukunya ini terpilih sebagai salah satu buku yang akan diterbitkan, dan tentunya peroleh hadiah.

Maka, Arnita Adam dalam hal ini menurut saya sudah melakukan 2 hal; pertama, membangkitkan kembali cerita yang beredar turun temurun, bahkan dibukukannya. Sebab, sebagus apa pun cerita yang ada atau kisah yang pernah terjadi, bila tidak dibukukan maka akan hilang dan punah ditelan waktu.

Kedua, menjaga bahasa. Bahasa ini karunia Tuhan kepada kita semua, karena itu penting kita jaga. Seperti aforisme Badan Bahasa “Utamakan Bahasa Indonesia, Lestarikan Bahasa Daerah dan Kuasai Bahasa Asing." 

Ethnologue merilis pada tahun ini terkait 10 negara bahasa terbanyak, dan ia mencatat bahwa Indonesia menempati urutan kedua dengan jumlah bahasa sebanyak 715 setelah Papua Nugini yang jumlahnya 840 bahasa. 

Tentu kalau dihitung dialek, maka lebih banyak lagi jumlahnya. Karena dialek ini biasanya berbeda antara satu kampung dengan kampung sebelahnya. 

Di samping itu, buku yang ditulis oleh Arnita Adam ini juga mengingatkan saya pada awal-awal masuk pesantren dulu di Darussalam Saran Kabun sekitar tahun 1999. Masa itu, ketika kami anak-anak baru yang berasal dari kampung yang sama rindu dengan kampung halaman maka kami akan menulis cerita singkat dalam bahasa kampung, selepas itu kami bergantian membaca tulisan kawan, kami biasanya tertawa dengan istilah-istilah lucu, dan itu lumayan menghibur. 

Terima kasih bukunya Kak Arnita Adam, sudah saya baca dan menguak cerita yang selama ini berkabut. Salam buat suaminya Mr. John Firdaus yang saat ini tengah berada di Amerika, moga segera menjadi WNI atau mungkin Kakak yang bakal jadi WNA? (Rabu, 22 Juni 2022)

0 komentar: