Itulah pentingnya meluruskan niat karena Allah semata dalam ibadah; ritual maupun sosial. Sebab, Ia keabadian, sebab Ia kekekalan, maka mereka yang bersandar pada-Nya punya energi yang tidak ada matinya.
Demikian di antara yang saya sampaikan pada pertukaran pengurus masjid at-Taubah kemaren malam.
Alhamdulillah, ini kali pertama pergantian pengurus masjid yang terletak di perumahan Berlian Residence Kubang, Siak Hulu-Kampar.
Saya masih ingat 4 tahun lalu ketika satu persatu warga perumahan berdatangan dan menghuni rumahnya. Di sini tidak berlaku anjuran agama untuk mengecek tetangga dulu sebelum membeli rumah, sebab kita semua asing, satu-satunya yang pasti kita kenal/tahu hanya developer perumahan itu sendiri.
Termasuk juga kurang kesadaran para calon penghuni ketika itu pada baik tidaknya drainase atau pembuangan air, tiba-tiba belakangan kita baru sok terkejut soal parit yang tidak standar, yang bila hujan sesaat menggenangnya bersaat-saat.
Sementara soal kekokohan struktur bangunan rumah jangan ditanya, saya rasa pembaca yang mengambil rumah KPR tipe 36 maklum semua, disenggol kucing senewen saja rapuh barang tu. Saya bahkan sudah dua kali mengganti gagang pintu bagian depan, dan bahkan ada warga yang menukarnya dengan kunci gembok sekalian.
Pikir-pikir subsidi ya.
Tapi, sesubsidi apa pun perumahannya masyarakatnya harus tetap dibangun. Memang tantangan tersendiri dengan berbagai latar belakang pendidikan dan pekerjaannya masing-masing.
Mulailah kami membangun 'masjid gubuk' secara swadaya, bersama-sama, bergotong royong, baik tenaga maupun finansial. Makanya, bagi perumahan yang masjidnya dibangun oleh developer bersyukurlah, karena tugas utamanya tinggal mengisi dan memakmurkan saja.
Perlu waktu bertahun-tahun barulah tahun kemaren developer menyerahkan surat wakaf tanah fasum tempat pendirian masjid tersebut, dan beratnya surat itu atas nama saya serta beberapa saksi lainnya.
Kini masjid telah tegak permanen, maka pengurus dan jamaah harus lebih tegak lagi, jiwa dan raganya, ritual dan sosialnya. Bahkan bila selama ini hanya ada ungkapan jamaah memakmurkan masjid, ke depan bagaimana juga sebaliknya.
Namun, yang saya ingatkan dari awal pada masyarakat adalah kunci hidup bersama.
Bahwa kita yang tampaknya saling tersenyum, saling membantu suatu hari nanti akan ada ujian. Apakah kita ini emas atau loyang, apakah kita padi berisi atau cuma semak ilalang.
Karena itu harus saling menghormati, jaga kata-kata dan ucapan, jangan mudah tersinggung apalagi bagi yang diamanahkan sebagai pemimpin. Di alam demokrasi ini, telinga pemimpin harus berkali-kali lipat tebalnya, dan sebab segala kritikan sebetulnya hanya perlu dijawab dengan menunjukkan hasil dan kualitas pekerjaan.
Maka, sekali lagi kesadaran bahwa kebersamaan kita akan dites.
Kalau kesadaran itu tidak muncul, suatu hari kita akan terkejut, kok begini sekarang? Bukankah dulu kita saling bergandengan tangan!
Seperti juga berumah tangga, bermasyarakat itu yang dibutuhkan energi mencintai dan menghormati, bukan saja perasan senang dicintai dan dihormati.
Dan energi itu tidak akan redup kalau sumbernya dari yang Maha Hidup, Allah Swt.
Itulah pentingnya meluruskan niat karena Allah semata dalam ibadah; ritual maupun sosial. Sebab, Ia keabadian, sebab Ia kekekalan, maka me...
Energi Mencintai
About author: https://wamdijihadi.blogspot.com/
Cress arugula peanut tigernut wattle seed kombu parsnip. Lotus root mung bean arugula tigernut horseradish endive yarrow gourd. Radicchio cress avocado garlic quandong collard greens.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar: