Visitors

Sudharnoto, mars kemudian dikenal sebagai lagu Garuda Pancasila gubahannya menjadi penyemangat anti komunisme di era Orde Baru, namun ia s...

Ciluba dan Pancasila

Sudharnoto, mars kemudian dikenal sebagai lagu Garuda Pancasila gubahannya menjadi penyemangat anti komunisme di era Orde Baru, namun ia sendiri mesti terpental dari pekerjaannya di RRI dan bahkan mengenyam sel tahanan tapol karena pernah bergabung dengan Lekra.

Tapi, terlepas dari itu semua, PKI memang tidak boleh beruang lagi di rumah besar republik ini, namun sebuah karya yang dengannya ikut menjadi jarum jahit yang menenun dan merangkai keragaman di negeri ini tetap harus kita 'tempatkan' pada tempatnya.

Saya tidak tahu apakah guru-guru SD sekarang ini masih seperti guru-guru SD kami dulu? Paling tidak perihal mewajibkan siswa menyanyi ke depan ruang kelas satu persatu sebelum keluar dan pulang ke rumah di jam terakhir pembelajaran.

Saya masih ingat lagu Ciluba:

Cilubu
Ciluba
Cilubaba ciluba
Cobalah terka siapa aku kawan pramuka
Siapa namamu!


Sayangnya lagu password biar segera pulang itu dilupakan Google, ia hanya menyimpan lagu "Cilukba."

Sejujurnya sesi terakhir kelas itu adalah waktu yang paling kutakuti, beda kalau pertanyaan cerdas tangkas, nah ini paling senang.

Bila beberapa teman menampilkan lagu-lagu dangdut, saya dan minoritas teman lainnya lebih sering menampilkan lagu Ciluba itu, kalau tidak lagu wajib nasional Sabang sampai Merauke, atau lagunya Sudharnoto itu.

Garuda pancasila
Akulah pendukungmu
Patriot proklamasi
Sedia berkorban untukmu
Pancasila dasar negara
Rakyat adil makmur sentosa
Pribadi bangsaku
Ayo maju maju
Ayo maju maju
Ayo maju maju


Bila selesai melagu, kami segera berhamburan berlari keluar, dan lagu tinggal dilagu.

Kami yang waktu itu masih anak-anak tidak sadar, apakah kami sudah betul-betul pendukung Pancasila. Seperti halnya Pancasila, entah menyadari entah tidak juga apakah kampung kami di balik bukit berhutan lebat itu telah mendapatkan keadilan, serta makmur sentosa.

Selamat Hari Lahir Pancasila.

0 komentar: