Sudan
sudah mengalami isolasi berkepanjangan sejak 1993, ketika Amerika Serikat
memasukkan pemerintahan Omar Bashir ke dalam negara yang mensponsori teroris.
Hal ini sangat membuat Sudan kesulitan, serta menjadi penghambat saluran bantuan
dana moneter Internasional dan Bank Dunia yang sangat dibutuhkan oleh Sudan.
Sejak dari beberapa tahun belakangan ini, Sudan mengalami goncangan ekonomi
yang kuat. Puncaknya yaitu pada tahun lalu ketika penurunan Omar Bashir, hal
tersebut makin memperparah kondisi politik dan ekonomi Sudan yang makin hari
kian merosot.
Dengan adanya wabah covid-19 makin memperburuk kondisi Sudan.
Covid-19 sangat berdampak buruk terhadap ekonomi setiap negara, termasuk negara
Sudan yang menjadi salah satu tempat menuntut ilmu agama favorite di Timur
Tengah yang menjadi tujuan para penuntut ilmu dari berbagai negara, termasuk
pelajar dari Indonesia. Dengan adanya pemberlakuan lockdown total di Sudan,
menyebabkan semua transportasi antar daerah tidak beroperasi.Akibatnya semua
harga bahan pokok melambung berkali lipat, sehingga memberatkan mahasiswa
indonesia yang tinggal dan menuntut ilmu di negeri tersebut.Sudan berbeda
dengan negara-negara lain,mahasiswa di sudan sudah diberhentikan aktivitas
perkuliahannya sejak dua bulan yang lalu dan tidak ada kebijakan kuliah online
dari pihak kampus,baik itu kampus negeri ataupun kampus swasta.
Kondisi
seperti ini juga menimbulkan maraknya aksi perampokan dan pencurian yang
menimpa warga negara indonesia (WNI) di Sudan sehingga menimbulkan kecemasan
untuk keluar rumah ataupun berada dirumah sendiri.
Sejak
April 2020, Warga Negara Indonesia (WNI) di Sudan yang berada di luar Kota
Khartoum, seperti Madani dan Omdurman, dievakuasi KBRI Khartoum yang cepat dan
tanggap dalam mengamankan WNI di sudan.Tindakan cepat KBRI mengevakuasi para
WNI ke Kota Khartom dilakukan sebelum pemberlakuan lockdown oleh pemerintah
Sudan karena virus covid-19.
7
Mei 2020, kasus positif corona bertambah menjadi 930 orang yang positif
covid-19 dan 52 orang meninggal. Sebagian besar berada di Ibu Kota Khartoum,
tempat di mana sebagian besar WNI tinggal.Berdasarkan laporan terakhir, ada
1.200 WNI, khususnya mahasiswa yang berada di Sudan, semuanya berada di wilayah
Khartoum.
Pemerintah
transisi Sudan menetapkan lockdown hingga menutup bandara Internasional
satu-satunya di negara itu dan menutup akses keluar masuk ibu kota, hingga kini
Khartoum menjadi wilayah terparah yang terpapar covid-19.
Sebagian besar keluarga para mahasiwa yang
menjadi tumpuan mereka untuk bertahan hidup di Sudan ikut terkena dampak PSBB
di Tanah Air. Oleh sebab itu, mereka berharap pemerintah pusat bisa memberikan
bantuan dan mengevakuasi mereka ke Tanah Air.
Naufal
Fadhlurrahman Arrafi, Mahasiswa Dirosat Islamiyah International University of
Africa
Semoga ini menjadi perhatian khusus pemerintah
BalasHapussemoga kesemogaan ini segera tersemogakan
BalasHapusYaallah, semoga di permudah segala urusan bg nopal. Dan segera mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah pusat. Aamiin
BalasHapusSemoga cepet selesai masalah ini
BalasHapus