Visitors

Membaca Ibrahim adalah membaca keteladanan Melangak pada ketinggian pribadi manusia masa lampau dari kerendahan kita di hari ini Ba...

Membaca Ibrahim


Membaca Ibrahim adalah membaca keteladanan
Melangak pada ketinggian pribadi manusia masa lampau dari kerendahan kita di hari ini
Bahkan tidak hanya individunya,  tetapi keluarganya (waman ma'ahu)

Membaca Ibrahim adalah memeriksa diri dan keluarga kita masing-masing
Inilah organisasi terkecil untuk ditata sebagai first step sebelum melangkah ke luar sana
Sebab orang-orang yang tidak berakar dan sudah patah di rumahnya akan tumbuh dalam kepalsuan dan letih dalam kepura-puraan
"Kalau anakmu sendiri tidak kamu cintai,  bagaimana kamu mencintai orang banyak!" Ujar Umar menyentil calon gubernurnya seraya menyuruhnya pulang, dan tidak jadi mengangkatnya.

Strong from home demikian Ayah Edy mengingatkan kita. "House bisa kamu bangun dengan menghadirkan tukang,  tapi home tidak demikian" lebih kurang seperti itu pula founder Rumah Perubahan Rainald Kasali mewarning.
Menjadikan rumah sebagai sumber kebahagiaan atau surga seperti sabda nabi tidak mungkin kalau tidak menghadirkan Tuhan di sana. Sebab orang-orang yang melompati bahkan merobohkan pagar Tuhan, akan serta merta menyepelekan dan merendahkan aturan manusia.

Kecintaaan akan dibuktikan dengan pengurbanan yang puncaknya tanpa kalkulasi. Ibrahim antarkan istri dan anaknya yang masih bayi ke tempat yang tandus, tidak ada manusia, tetumbuhan,  serta air di sana, "Kalau ini perintah-Nya,  maka tidak mungkin Dia menyia-nyiakan kami" kata Bunda Hajar yang diabadikan sejarah. Ibrahim iyakan perintah menyembelih putra yang selama ini diharapkan kehadirannya, "Ayah, lakukanlah apa yang Allah perintahkan padamu."

So,  mari lita terus melangkan di tapakan kaki Ibrahim dan Muhammad. Sebab merekalah guide untuk sampai di ketinggian manusia.

Allahu Akbar,  walillahilham
(Idul Adha, 1438 H/2017 M, masjid Al-Mukhlisin Kubang).


 Baca Juga:





0 komentar: