![]() |
foto: goodreads |
Entah sejak kapan mulanya, tiadalah dapat dikatakan tepat tanggal
dan harinya, rumah jalan Raden Patah Kebayoran Baru itu ramai, setiap sore
dikunjungi tamu-tamu. Dan ayah berfungsi sebagai seorang “dokter” yang buka
praktek di rumah.
(H. Rusydi, Pribadi dan Martabat Buya Prof. Dr. Hamka)
Tahap demi tahap yang dilalui pada prosesi tes DM 3 akhirnya
selesai, dan saya dinyatakan lulus. Alhamdulillah. Dengan demikian
tentunya berhak untuk berangkat ke bumi Serambi Mekah-nya Indonesia dan
mengikuti karantina selama enam hari pada pelatihan kepemimpinan tertinggi
dalam sistem pengkaderan KAMMI tersebut, 2 hingga 7 Maret 2010.
Walaupun rentetan tes telah selesai, namun masih ada agenda yang
sifatnya penting sebagai persiapan sebelum keberangkatan. Saya mencatat minimal
tiga, dan inilah yang saya kira bertahun kemudian agaknya ada sebagian poin
yang dilalaikan oleh para calon peserta atau mungkin panitia seleksi DM 3 yang
tidak lagi mengingatkan, padahal urgen. Maka anggaplah bagian ini mengingatkan
kita kembali.
Pertama, kunjungan
silaturrahmi pada qiyadah dakwah. Ada lima orang ikhwan kala itu yang
dinyatakan lulus; Agung Nugroho (UR), Irfan (UR), Muhammad Syafaat (UIN), Tema
Zomi (UIN) dan saya sendiri. Sementara akhwatnya pun ada lima orang pula;
Endang (UR), Marisa (UR), Wita (UR), Novi (UR) dan Lusi (UR). Maka pada hari
yang sudah ditentukan berangkatlah kami dan beberapa orang panitia ke rumah
salah seorang guru kami, ustadz kami, murobbi kami, yaitu ustadz Pujo Wismono.
Tiba di sana beliau sambut kami dengan senyum ketulusan dan penuh keramahan. Sepertinya
rumah tersebut jarang kosong dari tetamu yang datang dan pergi dengan berbagai
hajat mereka.
Setelah dipersilahkan duduk dan sedikit bertukar kabar kami pun memperkenalkan diri (karena memang belum semua kami beliau kenali), menyatakan maksud dan tujuan, minta
nasehat serta arahan, dan tak ketinggalan doa.
Kita ini sesungguhnya hanyalah para dai, Kalaupun kita mengikuti
berbagai training, ini dan itu, atau jenjang pendidikan yang makin meningkat,
maka tidak lebih hanya untuk pengembangan diri. Dan dengan itu kita berharap kelak
dakwah kita, ajakan kita lebih didengarkan oleh masyarakat.
Karena itu perlulah meluruskan niat, memperbaharuinya kembali. Jangan sampai ada kader yang kian
tinggi jenjang pengkaderannya, justeru menurun penglihatan batinnya, tersebab noda
dari tujuan yang sudah bercabang. Dan tingkatan pengkaderan itu bukanlah
menunjukkan bahwa si-A lebih tinggi derjatnya di mata Allah dibanding si-B,
sebab rendahnya tingkat pengkaderan si-B, tidak. Itu hanya untuk memudahkan
pencatatan pada tim kaderisasi. Sementara persoalan siapa yang mulia itu mutlak
berada di tangan-Nya. Namun yang pasti mereka yang sudah berada dijenjang pengkaderan yang lebih tinggi harus
lebih banyak lagi berkontribusi dalam dakwah ini.
Kedua, menghafal
surat Al-Waqiah dan para peserta diharuskan untuk menyetorkannya sebelum
tanggal keberangkatan. Bila semasa DM1 dulu menghafal surat Ash-Shaff, maka
kini surat inilah yang menjadi pilihan panitia. Tidak terlalu jelas kenapa
harus surat ini, tetapi bila diperhatikan surat yang terletak pada urutan ke-56
yang berjumlah 96 ayat ini banyak mengingatkan kita tentang peristiwa hari kiamat,
sesuai dengan namanya. Di surat ini juga ada penggambaran penghuni surga dengan
kenikmatan tiada tara, sementara penduduk neraka merasakan azab yang tak
terperikan.
Fasabbih bismirabbikal ‘azim
Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Maha Besar
Ketiga, meminta surat
rekomendasi dari tokoh. Pada bagian ini kami dipersilahkan untuk mencari
masing-masing siapa tokoh yang akan diminta rekomendasinya. Boleh akademisi,
politikus, pengusaha, birokrat dan lainnya yang berpengaruh keberadaan mereka
bagi kehidupan masyarakat banyak. Dan saya sendiri memilih Drh. Chaidir, MM
sebagai tokoh yang rekomendasinya saya butuhkan. Tentang beliau akan saya
ceritakan khusus pada bagian berikutnya.
0 komentar: