Visitors

foto: goodreads Entah sejak kapan mulanya, tiadalah dapat dikatakan tepat tanggal dan harinya, rumah jalan Raden Patah Kebayoran Baru...

Hari-hari Bersama KAMMI (bagian 34)

foto: goodreads
Entah sejak kapan mulanya, tiadalah dapat dikatakan tepat tanggal dan harinya, rumah jalan Raden Patah Kebayoran Baru itu ramai, setiap sore dikunjungi tamu-tamu. Dan ayah berfungsi sebagai seorang “dokter” yang buka praktek di rumah.
(H. Rusydi, Pribadi dan Martabat Buya Prof. Dr. Hamka)

Tahap demi tahap yang dilalui pada prosesi tes DM 3 akhirnya selesai, dan saya dinyatakan lulus. Alhamdulillah. Dengan demikian tentunya berhak untuk berangkat ke bumi Serambi Mekah-nya Indonesia dan mengikuti karantina selama enam hari pada pelatihan kepemimpinan tertinggi dalam sistem pengkaderan KAMMI tersebut, 2 hingga 7 Maret 2010.

Walaupun rentetan tes telah selesai, namun masih ada agenda yang sifatnya penting sebagai persiapan sebelum keberangkatan. Saya mencatat minimal tiga, dan inilah yang saya kira bertahun kemudian agaknya ada sebagian poin yang dilalaikan oleh para calon peserta atau mungkin panitia seleksi DM 3 yang tidak lagi mengingatkan, padahal urgen. Maka anggaplah bagian ini mengingatkan kita kembali.

Pertama, kunjungan silaturrahmi pada qiyadah dakwah. Ada lima orang ikhwan kala itu yang dinyatakan lulus; Agung Nugroho (UR), Irfan (UR), Muhammad Syafaat (UIN), Tema Zomi (UIN) dan saya sendiri. Sementara akhwatnya pun ada lima orang pula; Endang (UR), Marisa (UR), Wita (UR), Novi (UR) dan Lusi (UR). Maka pada hari yang sudah ditentukan berangkatlah kami dan beberapa orang panitia ke rumah salah seorang guru kami, ustadz kami, murobbi kami, yaitu ustadz Pujo Wismono. Tiba di sana beliau sambut kami dengan senyum ketulusan dan penuh keramahan. Sepertinya rumah tersebut jarang kosong dari tetamu yang datang dan pergi dengan berbagai hajat mereka.

Setelah dipersilahkan duduk dan sedikit bertukar kabar kami pun memperkenalkan diri (karena memang belum semua kami beliau kenali), menyatakan maksud dan tujuan, minta nasehat serta arahan, dan tak ketinggalan doa.

Kita ini sesungguhnya hanyalah para dai, Kalaupun kita mengikuti berbagai training, ini dan itu, atau jenjang pendidikan yang makin meningkat, maka tidak lebih hanya untuk pengembangan diri. Dan dengan itu kita berharap kelak dakwah kita, ajakan kita lebih didengarkan oleh masyarakat.

Karena itu perlulah meluruskan niat, memperbaharuinya  kembali. Jangan sampai ada kader yang kian tinggi jenjang pengkaderannya, justeru menurun penglihatan batinnya, tersebab noda dari tujuan yang sudah bercabang. Dan tingkatan pengkaderan itu bukanlah menunjukkan bahwa si-A lebih tinggi derjatnya di mata Allah dibanding si-B, sebab rendahnya tingkat pengkaderan si-B, tidak. Itu hanya untuk memudahkan pencatatan pada tim kaderisasi. Sementara persoalan siapa yang mulia itu mutlak berada di tangan-Nya. Namun yang pasti mereka yang sudah berada  dijenjang pengkaderan yang lebih tinggi harus lebih banyak lagi berkontribusi dalam dakwah ini.

Kedua, menghafal surat Al-Waqiah dan para peserta diharuskan untuk menyetorkannya sebelum tanggal keberangkatan. Bila semasa DM1 dulu menghafal surat Ash-Shaff, maka kini surat inilah yang menjadi pilihan panitia. Tidak terlalu jelas kenapa harus surat ini, tetapi bila diperhatikan surat yang terletak pada urutan ke-56 yang berjumlah 96 ayat ini banyak mengingatkan kita tentang peristiwa hari kiamat, sesuai dengan namanya. Di surat ini juga ada penggambaran penghuni surga dengan kenikmatan tiada tara, sementara penduduk neraka merasakan azab yang tak terperikan.

Fasabbih bismirabbikal ‘azim
Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Maha Besar

Ketiga, meminta surat rekomendasi dari tokoh. Pada bagian ini kami dipersilahkan untuk mencari masing-masing siapa tokoh yang akan diminta rekomendasinya. Boleh akademisi, politikus, pengusaha, birokrat dan lainnya yang berpengaruh keberadaan mereka bagi kehidupan masyarakat banyak. Dan saya sendiri memilih Drh. Chaidir, MM sebagai tokoh yang rekomendasinya saya butuhkan. Tentang beliau akan saya ceritakan khusus pada bagian berikutnya.

0 komentar: