Dini hari Senin di tahun 1912 Titanic kapal terbesar kala itu (the
great ship) menghantam gunungan es di Samudra Atlantik Utara. The unsinkable
ship demikian mereka menyebutnya bertolak dari Southampton Inggris menuju
New York, namun tepat di hari kelima pelayarannya ia pun patah dan 1514 dari
2224 penumpangnya menjemput kematian di Samudra terdalam ketiga di dunia itu.
Sebelum Titanic menabrak gunung es dan tenggelam, beberapa saat
sebelumnya Senior Radio Operator yang bernama Jack Phillips mendapatkan pesan
yang menggunakan sandi morse.Phillips sudah mendapatkan peringatan dari sebuah
stasiun pengintaian di Cape Race, Newfoundland, bahwa telah ada gunung besar
yang menghadang jalur Titanic. Namun, dikarenakan Phillips menganggap pesan
tersebut tidaklah terlalu penting dan berbahaya, maka dia tidak menyampaikannya
ke kapten kapal, Edward J. Smith.
Seperti halnya manusia yang sepanjang hidupnya adalah perguliran
masalah dan tantangan dari waktu ke waktu maka demikian pula halnya dengan
organisasi. Bahkan ragam persoalan tersebut indikasi masih bernafasnya
institusi tersebut. Tinggal pada tahap berikutnya apakah permasalahan tersebut
disikapi dengan kearifan dan penuh tanggung jawab atau justeru sebaliknya
saling menyalahkan dan menarik diri dengan segala resikonya. Maka di sinilah
atau saat seperti inilah sebuah lembaga diuji kekokohannya, seperti kapal Titanic
tersebut apakah tenggelam atau layak melanjutkan perjalanan ke samudera yang
lebih luas lagi.
Ada beberapa pertanyaan menarik yang dalam berbagai pertemuan
mahasiswa saya sering menanyakan. Untuk mahasiswa baru, kenapa kita mesti
berorganisasi? Untuk mereka yang menceburkan dirinya dan telah merasakan ritme
organisasi, kenapa kita mesti mengkader atau mengajak mahasiswa lainnya
berorganisasi? Dan kini pertanyaannya, mengapa organisasi yang kita bangun
mesti kokoh? Bagaimana men-dinamis-kannya? Sehingga berusia panjang, yang kalau
meminjam bahasa Prof. Dr. Komaruddin Hidayat mempunyai seribu nyawa atau bahkan
lebih.
Kita menentukan pilihan dan bergabung dalam sebuah organisasi atas
dasar kesadaran. Bahwa begitu dalam hidup ini kita tidak menjadi bagian dari
perubahan atau tepatnya sekelompok orang yang bekerja untuk suatu perubahan,
maka kita akan menjadi objek dari perubahan tersebut, like or dislike.
Bahkan tabiat kehidupan ini begitu seseorang tidak bisa mengatur dirinya, maka
bersiap-siaplah diatur oleh orang lain.
Sisinya lainnya, manusia hanya akan mempunyai makna kalau ia
bergaul dengan manusia. Manusialah yang bisa memuji, mengapresiasi dan menaruh
hormat, binatang ternak tidak. Itulah sebabnya dalam sejarah kenapa bapak
manusia Adam sepertinya linglung sebelum Hawa diciptakan, padahal berbagai
fasilitas tersedia di depan matanya.
Dan organisasi menjadi semacam ruang pemulian manusia. Organisasi
mengajarkan bahwa manusia tidak cukup sekedar berkumpul atau berkerumun seperti
laiknya ayam dan domba-domba. Di organisasi manusia meleburkan perbedaan dan mencari
persamaan, di organisasi juga manusia menunjukkan ke-sublim-annya di bandingkan
makhluk lain yaitu kemampuan berpikir dan berkomunikasi.
Dan di antara yang membuat lamban perjalanan sebuah organisasi
untuk mencapai goal (tujuannya) adalah persoalan komunikasi. Dan
komunikasi bermasalah ini jugalah yang menyumbangkan kompleksitas persoalan
yang seolah berada di pusaran air atau memintal benang kusut.
Organisasi mahasiswa yang dibangun di atas kesadaran ini mestilah
saban waktu meningkatkan kapasitasnya. Aturan keorganisasian atau AD/ART-nya
teruslah diperbaiki dengan membaca perubahan yang ada, dan setelah itu
bersungguh-sungguhlah menjalankannya. Berbagai pelatihan yang terkait
pengorganisasian, leadership, menajemen kepanitiaan, kesektariatan mesti
digalakkan karena inilah yang akan menguatkan nanti di lapangan atau bahkan
ketika mahasiswa tersebut telah berada di tengah-tengah masyarakat.
Berikutnya bagaimana organisasi mahasiswa yang kita berada di
dalamnya berkontribusi ke luar atau bahkan menjadi trend setter dari
perubahan-perubahan yang ada. Dan yang tak kalah pentingnya adalah apa yang
disebut dengan budaya organisasi dengan seluruh derivasinya.
Pada akhirnya kita berorganisasi di samping eksistensi diri adalah
juga ruang pengabdian. Kita memahami bahwa lidi tidak banyak yang bisa
diperbuatnya, namun ketika ia bersatu dengan lidi-lidi lainnya maka banyak yang
bisa disapu.
Dan siang itu, Selasa 6 Oktober 2009, lebih kurang 4 bulan setelah
pemilihan, pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UIN Suska Riau diresmikan
oleh Rektor UIN Suska Riau, Prof. Dr. Muhammad Nazir Karim. Maka hari-hari ke
depan adalah pelayaran yang berat, tetapi perjalanan mesti diteruskan. Semoga saja
tidak bernasib seperti si Titanic yang malang itu.
0 komentar: