Visitors

Dini hari Senin di tahun 1912 Titanic kapal terbesar kala itu (the great ship) menghantam gunungan es di Samudra Atlantik Utara. The unsi...

Hari-hari Bersama KAMMI (bagian 30)

Dini hari Senin di tahun 1912 Titanic kapal terbesar kala itu (the great ship) menghantam gunungan es di Samudra Atlantik Utara. The unsinkable ship demikian mereka menyebutnya bertolak dari Southampton Inggris menuju New York, namun tepat di hari kelima pelayarannya ia pun patah dan 1514 dari 2224 penumpangnya menjemput kematian di Samudra terdalam ketiga di dunia itu.

Sebelum Titanic menabrak gunung es dan tenggelam, beberapa saat sebelumnya Senior Radio Operator yang bernama Jack Phillips mendapatkan pesan yang menggunakan sandi morse.Phillips sudah mendapatkan peringatan dari sebuah stasiun pengintaian di Cape Race, Newfoundland, bahwa telah ada gunung besar yang menghadang jalur Titanic. Namun, dikarenakan Phillips menganggap pesan tersebut tidaklah terlalu penting dan berbahaya, maka dia tidak menyampaikannya ke kapten kapal, Edward J. Smith.

Seperti halnya manusia yang sepanjang hidupnya adalah perguliran masalah dan tantangan dari waktu ke waktu maka demikian pula halnya dengan organisasi. Bahkan ragam persoalan tersebut indikasi masih bernafasnya institusi tersebut. Tinggal pada tahap berikutnya apakah permasalahan tersebut disikapi dengan kearifan dan penuh tanggung jawab atau justeru sebaliknya saling menyalahkan dan menarik diri dengan segala resikonya. Maka di sinilah atau saat seperti inilah sebuah lembaga diuji kekokohannya, seperti kapal Titanic tersebut apakah tenggelam atau layak melanjutkan perjalanan ke samudera yang lebih luas lagi.

Ada beberapa pertanyaan menarik yang dalam berbagai pertemuan mahasiswa saya sering menanyakan. Untuk mahasiswa baru, kenapa kita mesti berorganisasi? Untuk mereka yang menceburkan dirinya dan telah merasakan ritme organisasi, kenapa kita mesti mengkader atau mengajak mahasiswa lainnya berorganisasi? Dan kini pertanyaannya, mengapa organisasi yang kita bangun mesti kokoh? Bagaimana men-dinamis-kannya? Sehingga berusia panjang, yang kalau meminjam bahasa Prof. Dr. Komaruddin Hidayat mempunyai seribu nyawa atau bahkan lebih.

Kita menentukan pilihan dan bergabung dalam sebuah organisasi atas dasar kesadaran. Bahwa begitu dalam hidup ini kita tidak menjadi bagian dari perubahan atau tepatnya sekelompok orang yang bekerja untuk suatu perubahan, maka kita akan menjadi objek dari perubahan tersebut, like or dislike. Bahkan tabiat kehidupan ini begitu seseorang tidak bisa mengatur dirinya, maka bersiap-siaplah diatur oleh orang lain.

Sisinya lainnya, manusia hanya akan mempunyai makna kalau ia bergaul dengan manusia. Manusialah yang bisa memuji, mengapresiasi dan menaruh hormat, binatang ternak tidak. Itulah sebabnya dalam sejarah kenapa bapak manusia Adam sepertinya linglung sebelum Hawa diciptakan, padahal berbagai fasilitas tersedia di depan matanya.

Dan organisasi menjadi semacam ruang pemulian manusia. Organisasi mengajarkan bahwa manusia tidak cukup sekedar berkumpul atau berkerumun seperti laiknya ayam dan domba-domba. Di organisasi manusia meleburkan perbedaan dan mencari persamaan, di organisasi juga manusia menunjukkan ke-sublim-annya di bandingkan makhluk lain yaitu kemampuan berpikir dan berkomunikasi.

Dan di antara yang membuat lamban perjalanan sebuah organisasi untuk mencapai goal (tujuannya) adalah persoalan komunikasi. Dan komunikasi bermasalah ini jugalah yang menyumbangkan kompleksitas persoalan yang seolah berada di pusaran air atau memintal benang kusut.

Organisasi mahasiswa yang dibangun di atas kesadaran ini mestilah saban waktu meningkatkan kapasitasnya. Aturan keorganisasian atau AD/ART-nya teruslah diperbaiki dengan membaca perubahan yang ada, dan setelah itu bersungguh-sungguhlah menjalankannya. Berbagai pelatihan yang terkait pengorganisasian, leadership, menajemen kepanitiaan, kesektariatan mesti digalakkan karena inilah yang akan menguatkan nanti di lapangan atau bahkan ketika mahasiswa tersebut telah berada di tengah-tengah masyarakat.

Berikutnya bagaimana organisasi mahasiswa yang kita berada di dalamnya berkontribusi ke luar atau bahkan menjadi trend setter dari perubahan-perubahan yang ada. Dan yang tak kalah pentingnya adalah apa yang disebut dengan budaya organisasi dengan seluruh derivasinya.

Pada akhirnya kita berorganisasi di samping eksistensi diri adalah juga ruang pengabdian. Kita memahami bahwa lidi tidak banyak yang bisa diperbuatnya, namun ketika ia bersatu dengan lidi-lidi lainnya maka banyak yang bisa disapu.

Dan siang itu, Selasa 6 Oktober 2009, lebih kurang 4 bulan setelah pemilihan, pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UIN Suska Riau diresmikan oleh Rektor UIN Suska Riau, Prof. Dr. Muhammad Nazir Karim. Maka hari-hari ke depan adalah pelayaran yang berat, tetapi perjalanan mesti diteruskan. Semoga saja tidak bernasib seperti si Titanic yang malang itu.




0 komentar: