Visitors

"Dream high because our only limits is our mind." Itulah di antara kalimat bernas yang disampaikan oleh Nadhira Nuraini Afifa...

Pidato Berkelas Nadhira

"Dream high because our only limits is our mind."

Itulah di antara kalimat bernas yang disampaikan oleh Nadhira Nuraini Afifa pada pidato via online-nya saat wisuda Harvard TH Chan School of Public Health beberapa hari lalu.

Pidato yang tidak panjang, saya menghitung hanya berdurasi 5 menit 28 detik, namun mendengarnya menyisakan jejak di hati.

Katanya kalimat itu adalah pesan mama, bahwa satu-satunya yang membatasi impian kita adalah pikiran kita. Karena itu, jangan pernah mengkarangkeng pikiran, biarkan ia berhembus seperti angin ke segala penjuru, kelak ia akan menerbangkan layang-layang impian dan akan mampu membelah awan menuju ketinggian langit.

Menariknya kata dokter muda yang fokus pada kajian nutrisi ini bahwa di Harvard pidato saat wisuda itu disampaikan oleh mahasiswa dengan cara dikompetisikan secara terbuka, artinya semua mahasiswa yang akan diwisuda punya kesempatan yang sama untuk tampil.

Diawali dengan mengirimkan teks pidato bagi yang berminat tadi, tentunya speech atau pidato bagi insan akademis adalah saat yang diidam-idamkan, itulah waktunya menyampaikan ide dan gagasan kita, paling tidak ajang untuk menunjukkan eksistensi diri, apalagi di saat wisuda, di kampus ternama pula, Harvard yang akan ditonton sekian ribu pasang mata dari seluruh dunia.

Setelah teks pidato terpilih, maka lanjut lagi pengiriman video penyampaian pidato tersebut, dan barulah kemudian tim seleksi memutuskan siapa yang berhak tampil pada hari H.

Kata Nadhira, "Berbeda dengan di Indonesia."

Betul sekali, umumnya di kampus kita yang tampil itulah adalah mereka yang IPK-nya tertinggi dengan penyelesaian studi tepat waktu.

Teman saya dari salah satu Fakultas Psikologi beberapa waktu lalu menyampaikan, "Saya kira" katanya, "Sayalah yang tampil pidato pada saat yudisium fakultas, karena ketika masih kuliah saya sudah bekerja sebagai tim personalia di lembaga pendidikan."

"Sukses-kan?" Katanya lagi, "Sementara yang tampil itu juga tidak PD, tangannya gemetaran, grogi dan parahnya belum bekerja sama sekali."

Sukses dr. Nadhira, saya melihat bukan saja soal tampilnya, tetapi memang berkelas, yang disampaikan itu benar-benar unik dan menarik. Tentang equality, inclusivity and unity. (Wamdi Jihadi)

0 komentar: