Visitors

  “Kalau sekolah itu harus mandi pagi, Nak” Masih terngiang di telinga saya nasehat pendek itu. Pagi masih belum sempurna berpisah dar...

Hari-hari Bersama KAMMI (bagian 27)

 “Kalau sekolah itu harus mandi pagi, Nak”

Masih terngiang di telinga saya nasehat pendek itu. Pagi masih belum sempurna berpisah dari kabut malam, ia juga menghalangi jarak pandang. Sementara aliran sungai batang Rokan yang jernih dan berbatu itu tampak mengeluarkan uap, seperti juga mulut-mulut mereka yang bergemeretuk seusai mandi dengan tubuh menggigil kedinginan. Semakin menyurutkan keinginan saya untuk menceburkan diri sepagi itu.

Itu hari pertama saya akan menjejakkan kaki ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) 011 Tanjung Medan, sekarang 012. Dan ibu yang bicara pagi itu adalah keluarga, tetangga dan nanti juga menjadi salah seorang guru yang mengajarkan saya di sekolah tersebut.

Sebetulnya beliau bukan orang asli kampung kami, tetapi guru yang ditempatkan pemerintah di sana dan akhirnya menikah dengan warga kampung yang kebetulan adalah saudara (keluarga) dari ayah saya. Dengan tiga orang anaknya beliau menempati rumah guru yang disiapkan pemerintah yang memang berdampingan dengan sekolah, dan berjarak dua rumah dari rumah panggung saya kala itu.

Saya panggil abang pada anaknya yang tertua, dan memang lebih tua dari saya satu atau dua tahun. Dengan beragam permainan buatan di kampung maka acap kali kami bersama-sama, saling bertandang ke rumah masing-masing dan tentunya juga terkadang ikut makan bersama di sana.

Nama teman saya itu adalah Rifman Maiza, kami memanggilnya Siif (bacanya Si-if).

Bertahun kemudian beliau pindah rumah ke pasar kampung karena ayahnya berjualan barang harian.

Bertahun kemudian pindah lagi ke Ujung Batu, karena ibunya dan guru kami itu pindah tugas ke kampung halamannya.

Bertahun kemudian Tuhan mentakdirkan saya bertemu dengan teman dan abang saya tersebut di UIN Suska Riau, dia berada di fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. Kata dia waktu pertama kali saya masuk, “Dik, kalau besok ada yang mengganggu (berbuat jahat) kasih tahu Abang, ya!”

Bertahun kemudian, di Pemira UIN Suska Riau tahun 2009 teman dan abang saya inilah yang menjadi tandingan. Hanya dua kandidat, dia dan saya. Dia dari GMNI sementara saya dari KAMMI.

0 komentar: