Visitors

Namun kapal telah diturunkan, layar pun telah dikembangkan, maka berpantang surut kembali ke tepian. Biarkan ia terus mengarungi lautan...

Hari-hari Bersama KAMMI (bagian 25)


Namun kapal telah diturunkan, layar pun telah dikembangkan, maka berpantang surut kembali ke tepian. Biarkan ia terus mengarungi lautan lepas, menghadapi kecipak air dan hempasan gelombang, sampai ia menakhlukkan samudra.

Terpilihnya Eddi Rusydi Arrosyidi sebagai presiden mahasiswa di tahun 2008 adalah babak baru dalam perjalanan dakwah kampus di UIN Suska Riau. Di samping itu juga adalah tantangan bagi para aktivis dakwah kampus ini untuk menunjukkan kemampuan mereka di dalam pengelolaan lembaga publik yang sebelumnya belum pernah dirambah. Memang Eddi – Sapaan sang presiden – sebelumnya merupakan juga Gubernur Mahasiswa di fakultas Tarbiyah dan Keguruan, namun memimpin di tingkat universitas merupakan sesuatu yang baru dan untuk pertama kalinya disentuh para aktivis dakwah kampus.

Di samping itu, diambil alihnya lembaga eksekutif mahasiswa ini juga merupakan penambahan amanah dakwah dan tentunya berimplikasi pada pembagian kader yang sebelumnya hanya berkutat di KAMMI, FKII Asy-Syam dan jaringan lembaga dakwah di tingkat fakultas. Walaupun tidak sepenuh diisi oleh kader di BEM tersebut, namun tetap saja amanah yang baru ini menguras energi.

Namun yang mesti dipahami oleh kader-kader yang diamanahkan di dakwah ranah siyasi ini adalah bahwa beradanya mereka diamanah lembaga eksekutif mahasiswa ini bukanlah memindahkan rohis ke ruang tersebut, baik orang-orangnya, maupun asesorisnya.

Karena itu berkolaborasilah dengan berbagai lembaga mahasiswa lain dalam pengelolaannya, baik itu latar belakang organisasi internal seperti Unit Kegiatan Kampus/Unit Kegiatan Mahasiswa (UKK/UKM) ataupun organisasi eksternal dengan masa mahasiswa, seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI). Bahkan justeru di antara keberhasilan kader dakwah sebagai pemimpin berada di ruang siyasi ini adalah dengan tersibghoh-nya (munculnya ketertarikan kepada dakwah, atau sekedar ketaatan dan kebaikan yang meningkat) dari para anggotanya yang berwarna tersebut.

Dan nanti pada prinsipnya yang mau kita sodorkan pada publik – baik di kampus maupun di masyarakat kelak – adalah substansi perubahan, bukan sekedar tampilan. Sebab tabiatnya begitu seseorang menyadari bahwa sesuatu itu baik, maka perlahan tampilan akan dia pilih sendiri pada yang terbaik.

Namun pada sisi yang lain, beradanya seorang kader diamanah publik adalah saatnya bagi mereka (dakwah) untuk menyiapkan dan melegalkan sistem terbaik dalam rangka memberikan maslahat bagi penyelamatan agama, masyarakat dan harta mereka, aset bangsa, dan negara dari rongrongan asing. Demikian di antara yang disebutkan Al-Mawardi dalam “Ahkamus Sulthoniyah” nya. Dan di kampus tentunya (apalagi kampus Islam) lebih mudah untuk menyepakati aturan mahasiswa yang bersesuaian dengan syariat.

Berlalulah masa kepemimpinan Eddy Rusydi dan Anggun selama satu periode, 2008-2009. Dan menurut saya saat periode pertama ini relatif berjalan dengan baik dengan terselenggaranya bebera event dalam berbagai skala, termasuk juga advokasi persoalan mahasiswa, serta keikutsertaan dalam menyuarakan aspirasi masyarakat di berbagai peristiwa Nasional maupun Internasional.

Namun paling tidak, pada periode pertama ini kita berhasil menunjukkan kepada seluruh civitas akademika kampus bahwa kita bisa dan mampu untuk mengelola ruang terbuka ini. Meyakinkan yang ragu, dan mengokohkan kepercayaan.


“Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (At-Taubah: 105)

0 komentar: