Visitors

Bila ketika DM 1 materi yang disuguhkan kepada para peserta lebih banyak pada persoalan pemahaman dasar keislaman dan KAMMI sebagai salah s...

Sepuluh Tahun Bersama KAMMI (bagian15)

Bila ketika DM 1 materi yang disuguhkan kepada para peserta lebih banyak pada persoalan pemahaman dasar keislaman dan KAMMI sebagai salah satu dari organisasi kemahasiswaan/kepemudaan, maka di DM 2 terjadi pengembangan materi atau tepatnya pendalaman, dengan ditambah materi terkait dunia bersosial kita. Semua itu tentunya bersangkut paut dengan orientasi yang ingin dicapai, yaitu syahsiyah da’iyah (karakter sebagai seorang reformis) dari sebelumnya ketika DM 1 tujuan utamanya hanyalah syahsiyah Islamiyah (karakter seorang muslim yang taat). Bila semasa DM 1 kader menjadi shaleh, maka DM 2 itu diharapkan muncul kader yang muslih.

Karena itu materi-materi seperti ‘Rekayasa Sosial’, ‘Problematika Indonesia Paska Reformasi’,  ‘Studi Kepemimpinan Dua Umar; Umar bin Khattab dan Umar bin Abdul Aziz’ adalah di antara upaya penanaman fikrah seorang dai yang mengerti dengan realitas sosial dan dengan pemahaman itu dia melakukan perubahan. Dan perubahan yang diharapkan itu tentunya adalah yang berkesesuaian dengan kehendak Allah Swt, seperti yang pernah direalilasikan oleh dua orang Umar dalam sejarah kepemimpinan Islam.

Tentu dalam realitasnya tidaklah semudah itu, tetapi paling tidak inilah kerangka berfikir yang ditanamkan kepada kader yang suatu saat nanti mereka akan mengisi pos-pos kehidupan berbangsa ini. Dinamika persoalan dan tantangan kehidupan bisa jadi berbeda dengan mereka yang memimpin ratusan tahun silam, tetapi tetap saja mempunyai benang merah untuk bisa berdiri di barisan yang sama dengan mereka, dan benang merah itu adalah; perbaikan yang diawali dari diri sendiri sehingga muncul keteladanan dan integritas diri, kompetensi diri (keilmuan dan kepemimpinan), sifat melayani tampa pamrih, keadilan, dan keinginan pada tumbuhnya semangat keberagamaan masyarakat.

Sementara materi ‘Tafsir Paradigma Gerakan KAMMI’ adalah materi penajaman pemahaman pada visi dan misi KAMMI, prinsip gerakan KAMMI, paradigma gerakan KAMMI, unsur perjuangan KAMMI, dan kredo gerakan KAMMI. Dengan landasan inilah para kader KAMMI bergerak, beraktivitas, terlibat dalam berbagai dinamika bangsa, dan tentunya itu semua dalam upaya merealisasikan visinya sebagai wadah perjuangan permanen yang akan melahirkan kader-kader pemimpin dalam upaya mewujudkan bangsa dan negara Indonesia yang Islami.

Empat hari berada dalam ruangan diskusi yang melelahkan, namun sangat menikmati. Mas Rijalul Imam yang masa itu menjabat kaderisasi pusat menyampaikan narasi-narasi KAMMI ke depannya. Anton Minardi yang merupakan dosen di Universitas Pasundan (Unpas) tampil dalam bahasan bukunya yang berjudul ‘Konsep Negara dan Gerakan Baru Islam Menuju Negara Modern Sejahtera: Pemikiran Politik Revivalis Islam, Partai Keadilan Sejahtera dan Hizbut Tahrir Indonesia.’ Begitu pun dengan pemateri-pemateri lainnya yang tampil dengan bahasan menarik yang langsung dihujani komentar dan pertanyaan peserta begitu pintu diskusi dibuka.

Bila siang hari peserta berada di ruangan dalam diskusi-diskusi yang hangat, maka malamnya kami mesti kembali ke tenda-tenda yang berada di alam terbuka dengan dingin yang menggigit. Dan di tengah malam, memasuki hari kelima peserta semuanya dikejutkan dengan suara-suara panitia yang penuh ketegasan. Berkumpul dan berbaris berkelompok, sementara di tangan mesti sudah terpegang peralatan yang dulu sudah diwajibkan untuk dibawa, seperti senter, tali temali, dan lainnya.  

Malam itu, sekitar pukul dua dini hari kami diminta berjalan melewati persawahan penduduk yang nantinya berujung di kaki gunung Kujang. Dan di pegunungan itulah esok harinya peserta mesti melewati berbagai macam halang rintang, termasuk sesi terakhir adu fisik antar kelompok. Penat, lecet, haus dan lapar namun riang dalam dekapan ukhuwah.
Bagi seorang aktivis tidak hanya dialektika pemikiran yang dibutuhkan, tetapi juga kekokohan fisik sebagai kendaraan bagi kecermelangan ide dan gagasannya tersebut. Dan qowiyul jism (kekuatan fisik) itu merupakan salah satu karakter yang mesti dimiliki kader dakwah Islam.

Masa depan itu tersimpan dalam genggaman Tuhan, Dialah yang Maha Mengetahui di mana, kapan, dan dalam kondisi seperti apa kita di waktu itu. Hari-hari ke depan bagi para aktivis dakwah Islam adalah hari-hari yang berat. Kita terpisah jauh dari sang nabi, dan beliau pernah menyampaikan bahwa generasi terbaik adalah generasi yang semasa dengannya, kemudian sesudahnya, kemudian sesudahnya, dan begitu seterusnya.

“Waa’iddu lahum mastatho’tum minquwwah”
“Persiapkanlah untuk menghadapi mereka segala kekuatan yang kalian sanggupi”
(QS 8:60)

0 komentar: