Terkenal
piawai dalam berburu, berkuasa penuh, namun menjadi malapetaka karena dengan
semua sumber daya yang ada di tangannya Namrud mendeklarasikan diri sebagai
Tuhan. Tapi tidak dengan Ibrahim, anak muda itu menolak mengakuinya.
Beberapa
pemuda bani Israil juga datang dan beriman kepada Musa, mereka enggan buat
mengakui Firun sebagai sesembahan.
Berabad
kemudian raja Dikyanus pun tidak mau ketinggalan, ia merasa pantas untuk
disembah dan diagung-agungkan masyarakatnya. Maka berpalinglah 7 orang pemuda
dari kepongahan sang raja tersebut, dan mereka memilih untuk bersembunyi ke dalam
goa. Mereka terlelap di sana sampai raja mangkat raja berganti, 309 tahun
lamanya.
Lihat
jugalah bagaimana Ismail yang beranjak remaja masa itu, didatangi ayahnya,
berkabar bahwa mimpi berulang-ulang perihal penyembelihan putra yang sudah
dirindukan sejak lama. Namun Ismail dengan kelembutannya mengatakan,
“Lakukanlah
apa yang diperintahkan Allah kepadamu, Ayah”
Bukan
“Lakukanlah
terhadap diriku apa yang diperintahkan Allah padamu, Ayah.”
Seakan
dia mengatakan
“Berfokuslah pada perintah Allah Ayahku dan ndak perlu
ditanyakan padaku.”
Dan Yusuf
Pemuda yang jauh dari kampungnya
Tidak ada yang mengenalnya
Belum beristri, masih bebas
Sementara perempuan yang mengajaknya berbuat keji itu
juga bukan perempuan sembarangan atau perempuan jalanan.
Wanita itu cantik, punya kedudukan, serta istri dari
seorang mentri. Dan kalaupun perbuatan keji itu dilakukan juga tidak di
sembarang tempat, namun di rumah yang kokoh, lumrahnya rumah-rumah pembesar kerajaan.
Dan perlu dicatat, tidak pula Yusuf yang mengajak,
tapi wanita itu, sekali lagi wanita cantik pemilik rumah di mana Yusuf menetap
di sana.
“Kemarilah!”
Namun Yusuf menolak, berlari, seraya berkata
“Aku berlindung kepada Allah.”
Antara ujian pada agamanya atau dunianya, pemuda itu
memilih ujian pada dunianya.
Ia dipenjara.
Abu Bakar usia 38 tahun ketika masuk Islam.
Umar 28 tahun, sementara Ali belum mencapai 10 tahun
usianya.
Sementara sahabat-sahabat nabi yang lain umumnya
belasan tahun ketika memeluk Islam.
Dan semua tahu,
ketika mereka memeluk Islam artinya mereka memilih jalan perjuangan.
Pemuda kata Yusuf al-Qaradawi seperti Matahari di
tengah hari, panas menyengat. Mereka berada di rentang pertengahan usia. Karena
itu fisik mereka prima, pikiran mereka encer, jiwa mereka membara.
Hari-hari pemuda adalah hari-hari bersemangat, penuh
motivasi.
Pantang menyerah dan kalah.
Mereka anak-anak zaman yang menolak hidup normal, biasa-biasa
saja, atau hari-hari yang berlalu tanpa menyisakan tetes keringat kerja dan
karya.
Apalagi kediktatoran, kezaliman, semua kecil di mata
mereka. Darah mereka seperti direbus terus di atas tunggu, menggelegak.
Itulah yang menggerakkan Bung Karno. Itulah yang
membuat Hatta bersumpah untuk tidak menikah sebelum republik merdeka. Itulah
yang diperjuangkan Agus Salim dan Natsir hingga harus melanglang buana minta
pengakuan dunia. Dan itulah jalan yang dicoba berbeda ditempuh oleh Tan Malaka.
Lalu ke mana anak-anak muda Bumi Pertiwi hari ini?
(14 Juli 2019)


0 komentar: