Muhammad Jusuf Kalla,
nama yang tidak asing lagi di telinga kita. Setelah sebelumnya putra Bugis ini menjadi
wakil presiden di era kabinet Indonesia Bersatu jilid satu mendampingi presiden
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), pada 2014 lalu kembali ia mendapatkan mandat
rakyat juga sebagai wakil presiden mendampingi Joko Widodo.
Sebagaimana lazimnya
para pejabat tinggi negara yang menyampaikan pidato dan arahannya di berbagai
forum pertemuan atau peresmian, maka demikian jugalah di antara agenda yang
dilakukan JK (sapaan akrabnya) di sela-sela kesibukan lainnya. Pengalamannya
yang telah lama malang melintang di dunia usaha dan birokrasi membuatnya tidak
terlalu kaku dalam menyampaikan ide, gagasan dan pemikiran di berbagai forum
tersebut.
Buku yang berjudul
“Satu Digit” ini merekam itu semua. Namun untuk kerunutan tema dan
bahasannya maka editor Husain Abdullah secara
umum membaginya menjadi tiga bagian; Ekonomi dan Pembangunan, Politik dan
Hukum, dan Sosial Kemasyarakatan.
Kumpulan pidato JK yang
berjumlah 74 judul ini adalah rentang tahun 2014-2015, atau merupakan 2 tahun awal
pemerintahan kabinet Kerja Jokowi-JK. “Tahun pertama pemerintahan periode
2014-2019 ini boleh disebut sebagai masa-masa perencanaan dan pelaksanaan
program-program kerakyatan,” demikian tulisnya dalam sambutan buku ini.
Gambaran tentang JK yang
terkenal dengan kecepatan cara berfikirnya dalam mencarikan jalan keluar dari
setiap persoalan yang dihadapi bangsa ini terlihat dengan gamblang dalam setiap
pidato dan arahanya di dalam buku ini. “Tidak usah berfikir panjang. Coba
tunjukkan proyek listrik yang rugi? Tidak ada. Karena itu kita atur seperti
itu. Lambat memang, tapi sekarang kita atur dengan sistem yang lebih mudah
dengan prioritas utama perluasan supaya jangan ada lagi masalah perizinan,
masalah tanah, masalah lingkungan. Itu penting.” Ujarnya dalam pidato yang
disampaikannya pada pembukaan pameran dan konferensi Indonesia
Infrastructure week 2014 di JCC. (hlm 18).
Lihat lagi pidatonya
pada penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Syah Kuala
Banda Aceh pada November 2015 yang lalu. Ia berbicara tentang perdamaian yang
harus diletakkan di atas segalanya, termasuk ongkos besar yang harus
dikeluarkan, “Menciptakan damai adalah prioritas utama dan kewajiban kita
semua, tidak peduli betapa sulitnya persoalan, betapa besarnya tantangan, dan
betapa besarnya biaya yang harus dikeluarkan. Ini semua layak diperjuangakan
karena damai itu indah dan damai itu kebutuhan dan sifat dasar manusia.” (hlm
199).
Tapi walaupun tegas dan
cepat dalam bertindak, sisi keriangan dan humor tetap saja melekat pada JK
dalam banyak kesempatan pidatonya yang tentu saja mengundang tawa. Suatu waktu
dalam sebuah pertemuan dengan para pengusaha di Amerika, dia ditanya tentang
tingkat pendidikan di Indonesia, “Saya bilang, pendidikan di Indonesia, alumni
SD saja bisa jadi presiden di Amerika, apalagi kalau tamat universitas di Indonesia, tentu lebih hebat lagi. Obama cuma
tamat SD bisa jadi presiden di sini. Tidak ada alumni Amerika yang jadi
presiden di Indonesia.” (hlm 367).
Di samping sebagai
kumpulan pidato yang menyatukan gagasan-gagasan JK, buku ini juga diperuntukkan
bagi ulang tahunnya ke-74 pada Mei 2016 lalu. Selamat membaca.
Judul : Satu Digit
Editor :
Husain Abdullah
penerbit : BukuRepublika
Cetakan : Pertama, Mei 2016
Tebal : xxii + 394 halaman
Wamdi Jihadi,
bergiat di Gerakan Riau membaca (GRM).
0 komentar: