Visitors

Bila semasa AB 1 yang diharapkan adalah terbentuknya kader yang memiliki syakhsiyah Islamiyah (kepribadian Islam), maka profil kader AB 2 ...

Sepuluh Tahun Bersama KAMMI (bagian 19)

Bila semasa AB 1 yang diharapkan adalah terbentuknya kader yang memiliki syakhsiyah Islamiyah (kepribadian Islam), maka profil kader AB 2 itu adalah syakhsiyah daiyah muharrikah (kepribadian dai yang penggerak). Di pundak merekalah lalu lintas amanah itu berjalan dengan baik. Termasuk menejerial organisasi yang sesuai dengan alur dan target-target yang telah digariskan.

Itu sebabnya setakat ketua komisariat dan koordinator kaderisasi mestilah mereka yang telah menyelesaikan jenjang kaderisasi tingkat dua ini. Mereka menjadi dinamo di sana untuk memastikan bergeraknya roda organisasi. Sementara untuk kepengurusan KAMMI di tingkat daerah harus sudah dipastikan bahwa secara umum minimal mereka yang sudah berstatus AB 2 tersebut.

Dan di dalam Indeks Jati Diri Kader (IJDK) AB 2 – Manhaj Pengkaderan KAMMI terbaru – akan kita dapati pencapaian-pencapaian AB 2 yang harus sudah tumbuh di dalam dirinya dalam beberapa bagian; Pertama, sisi aqidahnya seperti meneguhkan aqidah dengan prinsip al-wala wal barra. Kedua, fikrah dan manhaj perjuangan seperti mematangkan pemahaman akan filosofis gerakan KAMMI. Ketiga, ibadah seperti membiasakan diri membaca al-Quran minimal setengah juz setiap hari. Keempat, tsaqofah keislaman seperti memahami gerakan-gerakan Islam di Indonesia. Kelima, wawasan ke-Indonesiaan seperti memahami konsep demokrasi. Keenam, kepakaran dan profesionalitas seperti memahami disiplin ilmu yang sedang digeluti. Ketujuh, kemampuan sosial politik seperti mampu menganalisa tren politik yang sedang berkembang. Kedelapan, pergerakan dan kepemimpinan seperti merdeka dalam menentukan pilihan. Dan Kesembilan atau terakhir adalah sisi pengembangan diri kader, sehingga mereka diharapkan bisa menjadi pribadi pembelajar.

Untuk mencapai itu semua, maka didukunglah dengan program-program atau suplemen lainnya, seperti MK 2, Daurah Pemandu Madrasah KAMMI (DPMK) karena mereka ini akan menjadi pemandu bagi kader KAMMI yang AB 1, bergabung dalam Forum Pemandu, Training for Instruktur (TFI), dan Halaqah Instruktur.

Tentunya yang tak ketinggalan adalah pengayaan Mantuba seperti buku Sirah Nabawiyah karya DR. Ramadhan Al-Buthi, Fiqh Dakwah karya Syaikh Musthafa Masyur, Zionisme Gerakan Menakhlukkan Dunia karya Z. A. maulani, Manhaj Haroki karya Syaikh Munir Al-Ghadban, Sejarah Umat Islam karya Buya Hamka, Teori Politik Modern karya S.P. Farma, dan Self Driving karya Prof. Rheinal Kasali.

Are leaders born or made? Demikian di antara pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul dalam berbagai diskusi kepemimpinan. Ada yang mengatakan bahwa pemimpin itu dilahirkan, tetapi saya lebih meyakini bahwa Pemimpin (dengan P besar) itu mestilah dibentuk. Mereka juga lahir, namun lahir dari berbagai tempaan kehidupan yang tidak hanya menyediakan kenyamanan tetapi hidup yang bersabung nyawa.

Para pemimpin yang mempadakan diri pada garis keturunan – tanpa niat meningkatkan kualitas dirinya terus menerus – hanya akan menjadi pemimpin dengan sandaran yang rapuh pada kejayaan buyutnya di masa lalu. Kalaupun orang-orang menaruh hormat padanya itu bukan pada personal individunya, tetapi lebih karena di dalam dirinya mengalir sisa darah dari pemimpin berjasa di masa sebelumnya.

Jangankan manusia biasa, para nabi dan rasul yang kepemimpinan mereka merupakan anugerah Tuhan pun ditempa dengan tempaan yang berat. Tetapi dengan semua itulah mereka tumbuh dewasa dan penuh kematangan dalam segala tindakan kepemimpinannya.

Bergabung di KAMMI adalah pilihan diri yang dibangun di atas kesadaran. Ini adalah sekolah kepemimpinan (school of leadership), dan pemimpin sesungguhnya itu bekerja dan bergerak di luar hitungan waktu.

***

0 komentar: