Bagi
saya yang pernah berada di Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) sosok
beliau tidaklah terlalu asing. Di antara agenda pertama bagi mereka yang
bergabung di KAMMI adalah menonton film singkat Deklerasi Malang 1998 dan
beliau adalah tokoh sentral di balik itu semua. Memang beda generasi, namun di
batang tubuh kader KAMMI mengalir darah yang sama, dan darah itu adalah darah
gerakan perubahan atas penderitaan rakyat yang tidak sudah-sudah.
Bila
ketegasannya dibentuk oleh kultur atau budaya di mana ia lahir, maka
keterarahan pikirannya dibentuk di rumah pergerakan ini. Sementara kombinasi
ketegasan dan keterarahan itu dibutuhkan untuk menumbangkan rezim yang telah
berurat berakar selama puluhan tahun. Mereka yang tegas tanpa kejelasan visi kala
itu hanya akan menjadi kaki tangan penguasa, menjadi tukang pukul dan pelaku
teror. Sedangkan keterarahan fikiran tanpa ketegasan akan menjadi mainan dan
dipermainkan oleh atau untuk penguasa itu sendiri.
Ketegasan
dan keterarahan itu berkumpul pada dirinya, Fahri Hamzah. Penguasa dan rezim
boleh silih berganti, boleh datang dan pergi, namun ia tampil apa adanya. Kebenaran
dan keburukan itu akan tetap ada sepanjang keberadaan umat manusia. Dan berulangkali
ia sampaikan bahwa kebenaran tidak boleh tunduk pada kesantunan. Sebab apalah
artinya bersopan santun bila kita kompromi dalam konspirasi busuk. Sebuah pemaknaan
mendalam pada substansi kebenaran itu sendiri.
Sang
Singa Parlemen, demikian sebagian teman-teman menggelarinya. Ia berani dalam
kejernihan fikiran. Beberapa buku telah ia luncurkan, pertanda bahwa apa yang disuarakannya
bukanlah lintasan-lintasan fikiran, namun gagasan yang terlahir dari kajian
yang mendalam.
Kini Singa itu sedikit terganggu, ada jalan takdir yang mesti dilaluinya.
Maka
di sela-sela waktu kita angkatlah tangan, tundukkan pandangan dan bermohon
untuk kebaikan kita semua. Kita tidak pernah tahu catatan di langit, yang bisa
kita lakukan hanyalah berbaik sangka dan berpegang erat pada kebenaran.
“Boleh
jadi, kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula)
kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah yang paling
mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS.
Al-Baqarah:216)
Allah Maha Mengetahui
BalasHapusBetul Rom, thanks kunjungannya
BalasHapus