Hasan bin Tarikh adalah saudara dari nabi Ibrahim dan dari
keturunan Hasan bin Tarikh inilah lahir Luth yang kelak dia ikut bersama
Ibrahim hijrah dari Palestina menuju Mesir. Kemudian setelah dewasa Allah
mengutusnya sebagai rasul untuk kaum Sadum di Yordania sana. Seperti halnya
para nabi dan rasul lain yang diutus ke suatu tempat, pastilah di daerah itu
terjadi penyimpangan perilaku manusia yang tidak lagi bersesuaian dengan ajaran
nabi dan rasul sebelumnya, termasuk penduduk negeri Sadum.
Mereka adalah masyarakat yang gemar melakukan kemaksiatan; mencuri,
merampas harta benda dan penindasan pada orang-orang lemah di antara mereka.
Namun yang tidak kalah buruknya adalah perilaku Homoseks dan Lesbian yang sudah
umum terjadi di tengah-tengah penduduk negeri Sadum tersebut. Setiap kali ada
pendatang baru yang tiba ke kota itu selalu menjadi rebutan, bila laki-laki
diperebutkan oleh lelaki lainnya, bila perempuan menjadi incaran perempuan
lainnya. Sebuah perilaku yang menyimpang dari fitrah kemanusiaan dan tidak
pernah dilakukan oleh kaum-kaum sebelumnya.
Allah memerintahkan nabi Luth untuk mengingatkan kaum Sadum ini
agar meninggalkan perbuatan amoral tersebut. Meminta mereka bertaubat dan
kembali ke jalan yang benar, ke jalan ketaatan yang memuliakan kehidupan
mereka. Ia juga menghimbau supaya mereka menyukai pasangan (lawan jenis) yang
telah Allah ciptakan, menikah demi kelangsungan regenerasi kehidupan manusia di
muka bumi ini.
Ini tergambar lewat firman Allah “Sesungguhnya aku adalah seorang
Rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah kepada Allah dan
taatlah kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak meminta upah kepadamu atas ajakan
itu, upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta Alam. Mengapa kamu
mendatangi jenis lelaki di antara manusia dan kamu tinggalkan istri-istri yang
dijadikan oleh Tuhanmu untukmu. Kalian adalah orang-orang yang melampaui batas.”
(Asy-Syu’ara: 162-166).
Namun, jangankan menerima ajakan dan nasehat dari nabi Luth mereka
justeru mengancam utusan Allah tersebut dengan mengatakan, “Hai luth,
sesungguhnya jika kamu tidak berhenti, kami akan benar-benar akan mengusirmu.”
(Asy-Syu’ara: 167).
Dan puncak dari kedurhakaan kaum Sadum ini akhirnya berujung pada
diutusnya tiga orang Malaikat yang mengabarkan pada Luth bahwa esok pagi ketika
Fajar menyingsing kota tempat tinggal kaum Homoseks dan Lesbian itu akan
diturunkan azab dengan cara dibalikkan. Dan mereka meminta Luth dan pengikutnya
untuk segera keluar terlebih dahulu.
“Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu
yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan kami hujani mereka dengan batu dari
tanah yang terbakar bertubi-tubi.” (Huud:
82).
LGBT Wajah Baru Kaum Sadum
Belakangan ini masyarakat Indonesia kembali disuguhnya dengan
maraknya informasi terkait Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT).
Tidak lagi berupa kecendrungan individu – yang merupakan penyakit kejiwaan – di
sudut-sudut kehidupan, tapi gerakan, bahkan gerakan itu telah menyeruak ke
permukaan dan minta dilegalkan. Sebuah perilaku yang tidak saja berbenturan
dengan nilai-nilai keagamaan mana pun, tetapi juga membalikkan fitrah
kemanusiaan itu sendiri.
Sebetulnya gerakan ini bukanlah barang baru, tetapi selalu muncul
dengan kemasan yang lebih rapi dan terstuktur. Bila sebelum-sebelumnya mereka
terpisah dengan kecenderungan masing-masing, maka kini ragam kecenderungan yang
menyimpang itu bersatu dalam satu nama, LGBT. Dan bila sebelumnya juga terkesan
malu-malu, namun tidak demikian hari ini. Dengan mudahnya akses Internet
gerakan ini memanfaatkan semua media sosial (medsos), seperti Blog, Web,
Facebook, Twitter, Instagram, Whatsapp, dan ragam media sosial lainnya.
Dalam sejarah panjang perjalanan kelompok ini di berbagai negara
mereka timbul tenggelam. Pada 4 Mei 1970 di Belanda terjadilah Aksi Kelompok
Gay Muda Amsterdam (Amsterdamse Jongeren Aktiegroep Homoseksualiteit) mereka
berkumpul untuk memperingati korban meninggal akibat kekerasan pada kaum
Homoseksual. Aksi tersebut dibubarkan aparat dengan alasan mengganggu
ketertiban umum. Begitu pun di Amerika, di masa presiden Einsenhower
(1953-1961) kalau ada pegawai yang diketahui seorang homoseks maka ia akan
segera memecatnya. Namun, atas nama Hak Asasi Manusia (HAM) tahun-tahun
belakangan ini beberapa negara mulai melegalkan pernikahan sejenis, sebut
misalnya Amerika Serikat 2015, Irlandia 2015, Finlandia 2015, Luksemburg 2014
dan Skotlandia 2014.
Kian hari gerakan LGBT ini terus mencari celah di negeri ini untuk
menuai simpati, mereka berlindung di balik Demokrasi, kebebasan dan HAM.
Sementara sasaran utamanya adalah generasi muda bangsa ini yang masih labil
dalam cara pandang dan menentukan sikap. Bahkan di antara mereka terselip
beberapa artis yang merupakan pablik figur bagi anak-anak muda.
Tidak ada cara terbaik membentengi tumbuh dan berakarnya gerakan
ini kecuali setiap kita kembali menguatkan setiap sendi kehidupan ini. Dimulai
dari keluarga yang terus memberikan pemahaman keagamaan kepada anak-anaknya, edukasi
dampak negatif (seperti penularan HIV/AIDS) di sekolah-sekolah, dan tentunya
institusi negara yang tidak boleh lengah, apalagi kalau sampai memberikan jalan
bagi berumahnya gerakan ini.
Semua kita mesti mengambil peran, karena LGBT ini adalah wajah baru
dari metamorfosanya kaum Sadum yang telah Allah hancurkan ribuan tahun silam,
dan itu tidak boleh terulang lagi pada negeri ini karena ketidakpedulian kita.
Perilaku kaum Sadum ini tidak saja berbenturan dengan nilai-nilai yang kita
anut, tetapi juga membalikkan akal sehat dan mencelakai bagi kelangsungan kehidupan
manusia.
Terakhir penulis tutup tulisan ini dengan satu cerita. Ketika raja
Namrud membakar nabi Ibrahim, seekor burung tertawa melihat semut yang membawa
setetes air menuju kobaran api yang kian membesar itu, dia pun bertanya untuk
apa itu dilakukan, bukankah hanya akan berbuah kesia-siaan? Karena tidak
mungkin bisa memadamkan api itu. Namun lihatlah apa jawaban semut tersebut,
“Aku tahu, tetapi dengan ini aku ingin menegaskan di pihak manakah aku berada.”
0 komentar: