Adik-adik
sekalian, apa kabar antum semua? Semoga selalu memperoleh kesehatan yang berkah
dan aktivitas yang penuh hikmah.
Adik-adik
sekalian, pada dasarnya di mana pun antum kuliah tujuan utamanya bagaimana
tumbuh jiwa pembelajar pada diri antum semua. Bahwa ada perbedaan pengalaman
dan rasa itu pasti. Orang-orang tua kita dulu sudah membidalkan itu dengan
ungkapan “Lain padang lain belalang, lain lubuk lain ikan. Jauh berjalan banyak
dilihat.”
Kenapa
kita perlu sekolah dan kuliah secara formal dengan mengikuti aturan ini dan
itu. Supaya ‘memaksa’ kita untuk selalu belajar dan output-nya tumbuhlah jiwa
pembelajar itu dalam diri kita di saat sekolah formal itu telah berakhir.
Namun
kalau ada di antara antum yang berhenti belajar dengan alasan ijazah telah di
tangan, maka kenalilah itulah rupa sesungguhnya kegagalan. Apalagi di saat
sekolah formal itu pun ia tidak belajar, maka sulit berharap kalau ia lebih
giat setelah masa itu telah usai.
Kami
para guru di pesantren demi Allah tidak menyiapkan antum semua untuk sekedar
beramai-ramai mendatangi kampus, lalu hilir mudik petantang petenteng bagai
gendang yang nyaring bunyinya tapi kosong isinya. Namun kehadiran antum di
sana, di berbagai kampus di belahan bumi ini adalah duta remaja Islam, duta
pemuda Islam yang dengan itu seolah kita ingin kumandangkan, “Hai tengok ini
anak-anak muda Islam!” di saat mata mereka ditutupi kabut dan mentoleransi
anak-anak muda yang menghabiskan waktunya dengan berbagai permainan games,
tempat-tempat hiburan, berpacaran, dan berbagai kesia-siaan.
Adakah
antum ingat bagaimana kita di pesantren merancang mimpi! Bukan, bukan sekedar
berhenti pada mimpi-mimpi pendek sekedar menjadi dokter, guru, dosen, polisi,
politisi, dan aparat pemerintah lainnya. sekali lagi bukan. Mimpi dan cita-cita
yang selalu kita bisik di telinga antum adalah mimpi-mimpi kebangkitan umat
ini, cita-cita tentang kejayaan Islam. Dan itu semua tidak bisa dilakukan oleh
anak-anak muda yang bangunnya kesiangan, yang kehadirannya sering kali
terlambat dalam berbagai agenda, yang sholatnya selalu masbuk, yang hafalan
al-Quran-nya semakin surut, yang membacanya sedikit, yang bergeraknya lambat,
dan yang malam-malamnya mati.
Mungkin,
sewaktu-sewaktu antum akan merasa penat dan letih, dan itu wajar. Karena
aktivitas yang antum lakukan tidaklah seperti pemuda-pemuda lainnya. Namun
ingatlah bahwa keletihan yang antum rasakan adalah keletihan yang juga pernah
dirasakan oleh para pejuang agama ini; para nabi, syuhada’ dan orang-orang
sholeh. Keletihan yang membawa jeda sejenak untuk kemudian bangkit dengan
energi yang lebih besar lagi.
Bangunlah
adik-adik sekalian, tidakkah antum lihat bahwa agama ini seperti orang tua
renta! Yang ucapannya penuh hikmah, tapi anak-anaknya seringkali berpaling dari
petuahnyanya. Kini buatlah ia tersenyum, karena masa panjang penantiannya telah
berakhir.
Dan
jangan lupa, bahwa rumah peradaban Barat itu kini telah oyong, di mana-mana
sisinya telah retak.
Sekolah Peradaban - Al-Ihsan Boarding School
0 komentar: